TENTANG DANAU RANA MESE
A. SELAYANG PANDANG TENTANG DANAU RANA MESE
Danau Rana Mese berlokasi di Desa Golo Loni Kecamatan Borong, berada tepat di lintasan jalur jalan Negara yang menghubungkan kabupaten-kabupaten di pulau Flores. Danau Rana Mese berada di dalam wilayah hutan lindung dan dikelilingi oleh barisan pegunungan Mandosawu dan Poco Ranaka diantara wilayah kecamatan Borong dan Poco Ranaka. Karena itu banyak orang beranggapan bahwa Danau Rana Mese merupakan permata yang tersembunyi di balik gunung Mandosawu. Danau Rana Mese berada di ketinggian 1200m di atas permukaan laut dengan luas areal danau ini sekitar 11,5 hektar dan kedalaman 43m pada bagian cekung.
B. AKSES
Danau Rana Mese dapat ditempuh dari Ruteng maupun dari Borong. Apabila berangkat dari Ruteng anda bisa menempuh perjalanan sepanjang 21 km dengan waktu tempuh 30 menit. Sedangkan apabila melalui Borong, perjalanan anda menempuh jarak sekitar 35km dengan waktu tempuh sekitar 45 menit.
C.POTENSI WILAYAH
Danau Rana Mese memiliki hutan tropis lebat yang mengitari danau sehingga membuat udara di sekitarnya sangat dingin. Tidak hanya keanekaragaman tumbuhan tropis, danau Rana Mese juga memiliki keanekaragaman biota bawah air seperti ikan air tawar Karper ( Cyprinus Carpio ), Mujair ( oreochromis Mossambicus ), Belut dan udang. Areal hutan di sekitar danau juga menjadi habitat bagi beberapa jenis hewan jenis mamalia besar seperti monyet ( macaca fascicularis, landak ( hystrix Javanica ), babi hutan ( Suscrofa Vitatus ) dan musang ( Paradixurus Hermaproditus ) dan beberapa jenis burung migran : Belibis ( Anas Querquedula ) dan Pecuk ( halacrocorax Malanoleucos ) serta mamalia endemik seperti tikus raksasa (Papagomys Armandrillarei), tikus Poco Ranaka (Rattus Haenaldi), Kelewar Flores (Chypnoterus Nusa Tenggara) dan Burung Hantu Flores (Ooptus Alfredi). Kondisi air di danau Rana Mese sangat jernih sehingga digunakan sebagai sumber air minum dan irigasi bagi masyarakat di sekitar danau.
D. FASILITAS
Infrastruktur sarana dan prasarana di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Rana Mese, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur mubazir. Sarana di lokasi itu tidak dimanfaatkan sehingga dipenuhi semak belukar.
Dari hasil pemantauan Pos Kupang, Senin (2/5/2011), ada beberapa bangunan fisik yang ada di pintu masuk TWA Rana Mese. Sarana permanen ini dibangun beberapa tahun lalu. Fisik bangunan masih utuh, hanya ada beberapa bagian yang sudah terancam rusak. Halaman bangunan pun penuh rumput liar.
Demikian pun dengan halaman sekitarnya yang sudah penuh semak belukar. Sementara tembok yang dibangun di salah satu sisi danau tidak efektif karena menutup pemandangan danau. Bangunan ini membuat pengunjung enggan datang karena untuk menyaksikan panorama alam Rana Mese hanya bisa melalui pintu utama dan terhalang embok itu. Pengunjung lebih cenderung masuk di antara batas bangunan untuk melihat Danau Rana Mese sehingga bebas biaya.
Kepala Balai Konservasi dan Sumber Daya Alama (KSDA) Wilayah Ruteng, Ir. Suprihatna, yang hendak dikonfirmasi, tidak ada di tempat karena sedang bertugas ke Maumere. Salah seorang pegawai BKSDA yang enggan menyebutkan namanya menjelaskan, kawasan TWA Rana Mese dibangun dengan prakarsa donatur dari Bank Asia.
Kepala Balai Konservasi dan Sumber Daya Alama (KSDA) Wilayah Ruteng, Ir. Suprihatna, yang hendak dikonfirmasi, tidak ada di tempat karena sedang bertugas ke Maumere. Salah seorang pegawai BKSDA yang enggan menyebutkan namanya menjelaskan, kawasan TWA Rana Mese dibangun dengan prakarsa donatur dari Bank Asia.
Sarana yang dibangun antar lain persemaian benih, auditorium, visitor center dan beberapa bangunan lainnya. Namun karena ketiadaan dana maka pemanfaatan bangunan itu belum maksimal. “Rodrigo PT Widyatama sebagai petugas di Rana Mese, tapi konsentrasinya lebih pada pengawasan hutan,” kata pegawai itu.Sebelumnya Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Manggarai Timur, Drs. Wilhelmus Deo, M.Si, yang ditemui Pos Kupang beberapa waktu lalu menjelaskan, niat untuk mengembangkan wisata alam Rana Mese sudah diagendakan. Namun karena tanggung jawab menjadi wewenang BKSDA, maka Dispar Matim sulit melakukan kegiatan di lokasi itu.
Padahal dalam perencanaan Dispar Matim, tembok penghalang akan dirubuhkan dan dibangun sarana yang lebih lengkap sehingga pengunjung bisa menikmati pemandangan danau itu secara utuh. “Pemda butuh kerja sama dengan BKSDA, tapi proses izin sangat rumit. Ke depan tetap diagendakan untuk mengoptimalisasi potensi itu,” katanya. Menurutnya, sarana yang tersedia sebenarnya sudah cukup memadai, tinggal pembenahan lebih lanjut untuk mendongkrak PAD.